Stuktur
Ekonomi Indonesia
Dilihat
Dari Produksi Nasional
I. Pendahuluan
Prestasi ekonomi suatu bangsa atau
Negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran, salah satunya diukur melalui
sebuah besaran produksi nasionalnya. Produksi nasional bukan hanya berguna untuk
menilai perkembangan ekonomi suatu Negara dari waktu ke waktu, namun juga
unttuk membandingkannya dengan Negara lainnya. Rincian dari berbagai sector
dapat menerangkan struktur perekonomian suatu Negara tersebut.
II. Pembahasan
A. Struktur
Ekonomi Indonesia
Struktur
ekonomi sebuah Negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal hal
ini, struktur ekonomi dapat dilihat dari empat macam sudut pandang, yaitu :
1. Tinjauan
makro-sektoral
2. Tinjauan
keruangan
3. Tinjauan
penyelenggaraan kenegaraan
4. Tinjauan
birokrasi pengambilan keputusan
Tinjauan
makro – sekoral dan tinjauan keruangan merupakan tinjauan ekonomi murni.
Sedangkan Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan dan Tinjauan birokrasi
pengambilan keputusan merupakan tinjauan politik.
Berdasarkan
tinjauan makro – sektoral sebuah perekonomian dapat berstruktur agraris,
industrial, atau niaga. Berdasarkan tinjauan keruangan perekonomian dapat
dinyatakan berstruktur kedesaan / tradisional dan berstruktur kekotaan /
modern.
Berdasarkan
tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, menjadi perekonomian yang berstruktur
etatis, egaliter, atau borjuis.Tergantung pada siapa / kalangan mana yang
menjadi peran utama dalam perekonomian yang bersangkutan.
Berdasarkan
tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, dapat dibedakan antara struktur
ekonomi yang sentralistis dan desentralistis.
B.
Tinjauan Makro-Sektoral
Dilihat
secara makro-sektoral atau berdasarkan kontribusi sector-sektor produksi dalam
membentuk produk domestic bruto, perekonomian Indonesia yang hingga tahun 1990
masih agraris, kini berubah berstruktur industrial. Artinya Negara Indonesia
sebelum tahun 1990 masih memiliki produksi dari sector pertanian sangat tinggi,
atau bisa dibilang sebagai penyumbang terbesar produksi nasional, namun kini
produksi pertanian kini semakin mengalami penurunan, sedangkan dari sector
industry begitu meningkat produksinya. Sektor-sektor lainnya juga mengalami
peningkatan produksi, sehingga hanya sektor pertanian saja yang mengalami
penurunan.
Brikut
ini data tentang PDB Indonesia menurut persentase Kontribusi sektoral, pada
tahun 1969-2009
Sektor
ekonomi
|
1969
|
1979
|
1989
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
Pertanian
|
49,3
|
28,1
|
23,4
|
13,1
|
13,0
|
13,7
|
14,5
|
15,3
|
Pertambangan
|
4,7
|
21,8
|
13,1
|
11,1
|
11,0
|
11,2
|
10,9
|
10,5
|
Industry
pengolahan
|
9,2
|
10,3
|
18,4
|
27,4
|
27,5
|
27,1
|
27,9
|
26,4
|
Listrik,
gas, air minum
|
0,5
|
0,5
|
0,6
|
1,0
|
0,9
|
0,9
|
0,8
|
0,8
|
Bangunan
|
2,8
|
5,6
|
5,3
|
7,0
|
7,5
|
7,7
|
8,5
|
9,9
|
Transportasi
dan komunikasi
|
2,8
|
4,4
|
5,5
|
15,6
|
15,0
|
14,9
|
14,0
|
13,4
|
Perdagangan
|
30,7
|
28,4
|
17,0
|
6,5
|
6,9
|
6,7
|
6,3
|
6,3
|
Keuangan
dan perbankan
|
6,4
|
8,3
|
8,1
|
7,7
|
7,4
|
7,2
|
||
Jasa
|
10,2
|
10,3
|
10,0
|
10,1
|
9,7
|
10,2
|
||
PDB
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Sesungguhnya
struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral masih dualistis, artinya
struktur ekonomi Indonesia bisa dibilang
industri jika dilihat dari besarnya produksi nasional yang disumbangkan sektor
industry, namun juga bisa dibilang agraris, karena dari segi penyerapan tenaga
kerja, sektor pertanian masih merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.
C.
Tinjauan Lain
Pergeseran struktur ekonomi secara makro – sektoral ini
senada ddengan pergeserannya secara spasial. Dilihat dari kacamata spasial,
perekonomian telah bergeser dari semula berstruktur kedesaan/tradisional
menjadi kini berstruktur kekotaan/moderen.
Dilihat
dari kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa
1980-an perekonomian Indonesia berstruktur etatis, yaitu pemerintah atau
negarra merupakan pelaku utama ekonomi. Sementara ini, perekonomian Indonesia
masih berstruktur borjuis, belum mengarah ke struktur perekonomian yang
egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawanlah yang dapat cepat
menanggapi undangan pemerintah untuk berperan lebih besar dalam perekonomian
nasional.
Berdsarkan
tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya,struktur perekonomian Indonesia
selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama sentralis. Pembuatan
keputusan lebih banyak ditetapkan oleh pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintahan.
Namun sejak awal era pembangunan jangka panjang tahap ke dua struktur ekonomi
sentralis mulai berkurang kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan
demokrasi ekonomi kian besar.
Struktur
ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur
yang tradisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial,
dari struktur yang etatis ke borjuis, dari struktur yang kedesaan / tradisional
ke kekotaan / modern. Sementara dalam hal birokras i dan pengambilan keputusan
mulai desentalistis.
D.
Pengertian
Produksi Nasional
Salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah
data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Untuk menghitung angka-angka PDB ada
tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
1. Menurut Pendekatan Produksi
PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :
PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :
·
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
·
Pertambangan
dan Penggalian
·
Industri
Pengolahan
·
Listrik,
Gas dan Air Bersih
·
Konstruksi
·
Perdagangan,
Hotel dan Restoran
·
Pengangkutan
dan Komunikasi
·
Keuangan,
Real Estate dan Jasa Perusahaan
·
Jasa-jasa
termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi
sub-sub sektor.
2. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari :
PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari :
·
pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba
·
pengeluaran
konsumsi pemerintah
·
pembentukan
modal tetap domestik bruto
·
perubahan
inventori, dan
·
ekspor
neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan
angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan
jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk
faktor-faktor produksi. PDB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDB
atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung
neto.
Dari data PDB dapat juga diturunkan beberapa indikator
ekonomi penting lainnya, seperti :
1.
Produk
Nasional Bruto yaitu PDB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri.
Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga
kerja dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri
dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di
Indonesia.
2.
Produk
Nasional Neto atas dasar harga pasar yaitu PDB dikurangi dengan seluruh
penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi
selama setahun.
3.
Produk
Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi yaitu produk nasional neto atas
dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak
langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi
dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun
subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau
dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi
sebaliknya. Selanjutnya, produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi
disebut sebagai Pendapatan Nasional.
4.
Angka-angka
per kapita yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar